Hai sobat, kali ini Riang mencoba menceritakan hasil observasi lapang selama praktek lapang di Toraja.Mata kuliah "Geografi Budaya" ini bagi Riang sangat menyenangkan.Kenapa ? Disamping kita belajar teori-teori dan konsep budaya dari para ahli budaya.Melalui mata kuliah ini dapat memperdalam pengetahuan kita tentang budaya kita sendiri khususnya di Sulawesi Selatan tepatnya di Tana Toraja.Namun, dalam tulisan kali ini Riang tidak memaparkan inti daripada budaya Tana Toraja itu sendiri namun lebih berorientasi ke tempat-tempat yang yang menarik para pengunjung untuk didatangi sebagai tempat wisata.Info lebih lengkapnya yuuukss kita simak laporan singkatku.Heheheeeee .....
1. Pasar Bolu
Pasar
Bolu di Toraja merupakan pasar hewan yang merupak titik pertama penelitian kita
dalam Praktek Lapang di Tana Toraja. Pasar ini terletak pada titik
koordinat 20 570 42,90 LS dan 1190
590 40,20 BT. Seperti yang dikatakan sebelunya, hewan
yang dominan diperjualbelikan di pasar ini adalah babi dan kerbau.
Babi
mayoritas di datangkan dari tana toraja sendiri, begitupun dengan pedaganya.
namun kerbau, kenbanyakan di datangkan dari luar daerah. Begitupun dengan
penjualnya. Para pedagang kerbau, mayoritas pendatang dari Palu, Palopo, Mamasa
dan bebrerapa daerah lainnya. Mereka dating untuk menjual Kerbau di daerah
tersebut karena harga penjualan di Tana Toraja sangat tinggi di bandingkan di
daerah asli mereka.
Berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan di pasar tersebut ternyata harga babi cukup
tinggi begitu pun dengan harga kerbau. Harga babi yang paling rendah mencapai
Rp.500.000,00 itu pun jenis babi yang kecil sedangkan harga babi yang paling
tinggi biasanya mencapai Rp 3.000.000,00. Penjualan babi mahal atau murahnya
tergantung dari ukuran, dan warna kulit babi. Semakin besar ukuran babi maka
harga penjualan semakin tinggi pula dan semakin hitam warna kulit babi maka
harga penjualan juga terbilang sangat tinggi
Sedangkan untuk penjualan Kerbau, harga penjualan tergantung dari Janis kerbau tersebut. Kerbau ditinjau dari jenis kulitnya terdiri dari 7 jenis,yaitu :
Sedangkan untuk penjualan Kerbau, harga penjualan tergantung dari Janis kerbau tersebut. Kerbau ditinjau dari jenis kulitnya terdiri dari 7 jenis,yaitu :
1.Tedong
Bulan (kerbau putih ), biasanya tedong ini tidak memiliki nilai kecuali yang
bermata “Eropa” (memiliki lingkaran mata yang tajam) harganya biasa
mencapai Rp 80.000.000,00.
2.Tedong
Puddu’(kerbau hitam)
3.Tedong
Balian, biasanya jenis kerbau ini khususnya yang jantan harus dikebiri.
4.Tedong
Bonga, adalah jenis yang paling mahal harganya (tedong salekko)
5.Tedong
Sorri
6.Tedong
Hullung
7.Tedong
To’di
Kerbau
ditinjau dari bentuk tanduknya terdiri dari 3 jenis, yaitu :
1.Tedong yang
memiliki tanduk berbentuk mengarah ke bawah.
2.Tedong
yang memiliki tanduk satu mengarah kebawah dan satu mengarah ke atas.
3.Tedong
yang memiliki bentuk tanduk mengarah ke atas.
Kerbau ditinjau
dari panjang tanduknya terdiri dari 4 jenis, yaitu:
1.Tedong
Sanglengo, yaitu tedong yang panjang
tanduknya sepanjang telapak tangan.
2.Tedong
Sangpala’, yaitu tedong yang panjang tanduknya sepanjang telapak tangan + satu
jengkal.
3.Tedong
alatari’, yaitu tedong yang panjang tanduknya sekitar ¾ dari panjang lengan.
4.Untuk
jenis tedong yang ke-4, penulis tidak tau apa nama tedongnya dan berapa
ukurannya.
Dari
berbagai jenis kerbau, Kerbau Saleko memiliki harga atau nilai yang paling
mahal dan biasa harga penjualannya mencapai Rp 750.000.000,00 karena memiliki
warna kulit yang belang-belang serta memiliki bola mata yang bercincin. Dan
memilki arti tersendiri bagi kepercayaan orang-orang di Tana Toraja. Dan harga terendah
biasanya mencapai Rp 17.000.000,00 itu pun jenis Kerbau Hitam (tedong Sangpala’).
Tetapi harga penjualan Kerbau biasa juga di lihat dari ukuran Kerbau tersebut
makin besar Kerbau maka harga penjualannya juga tinggi begitupun sebaliknya.
Hanya saja kebanyakan harga penjualan dilihat dari jenis kerbau tersebut.
2. Tongkonan
Pallawa
Merupakan Lokasi ke-2 yang kami kunjungi
selama praktek lapang. Tongkonan Palawa' terletak sekitar 12
km dari kota Rantepao di kecamatan Sa'dan.. Lokasi
ini terletak pada titik koordinat 020 590 260 LS dan 1190 560
220 BT tepatnya di Kecamatan Sesean.
Pallawa merupakan salah satu tujuan wisata di
Kabupaten Toraja Utara yang memiliki 11 rumah-rumah tongkonan, rumah adat tana
toraja. Dan setiap tongkonan
memiliki pasangan yang dinamakan Alang atau Lumbung Padi, dan di belakang
Tongkonan terdapat Liang yang merupakan tempat kuburan sementara jasat yang
telah meninggal. Tongkonan selalu menghadap Utara dan Lumbung selalu menghadap
Selatan. Menurut sejarah Tongkonan menghadap di utara supaya sisi kanan
Tongkonan mendapat banyak sinar matahari pada pagi hari karena matahari
merupakan sumber kehidupan manusia. Menurut masayarakat setempat, alang
merupakan penyambung silaturahmi antar keluarga dan masyarakat lain untuk
urusan dunia, sedangkan
liang
menyambung silaturahim untuk urusan akherat.

Gambar 1.3
Pallawa merupakan salah satu tujuan wisata di
Kabupaten Toraja Utara yang memiliki 11 rumah-rumah tongkonan, rumah adat tana
toraja. Dan setiap tongkonan
memiliki pasangan yang dinamakan Alang atau Lumbung Padi, dan di belakang
Tongkonan terdapat Liang yang merupakan tempat kuburan sementara jasat yang
telah meninggal. Tongkonan selalu menghadap Utara dan Lumbung selalu menghadap
Selatan. Menurut sejarah Tongkonan menghadap di utara supaya sisi kanan
Tongkonan mendapat banyak sinar matahari pada pagi hari karena matahari
merupakan sumber kehidupan manusia. Menurut masayarakat setempat, alang
merupakan penyambung silaturahmi antar keluarga dan masyarakat lain untuk
urusan dunia, sedangkan liang menyambung silaturahim untuk urusan akherat. Jadi
dengan kata lain, hubungan kekeluargaan di tana toraja sebenarnya sangat kental
(erat).Fungsi lain daripada tongkonan itu, yakni : sebagai tempat bernaungnya
anak turunan toraja dan untuk penempatan sementara untuk keluarga mereka yang
meninggal.Makna tongkonan bagi masyarakat Tana Toraja yakni sebagai alat
pemersatu keluarga di dunia.Sedangkan,liang diyakini sebagai alat pemersatu
keluarga di Puya’ (Akhirat).
Makna ukiran yang ada di
Tongkonan :
·
Simbol Pa’bale Allo,
menunjukkan bahwa segalanya berasal dari kekuasaan Tuhan.
·
Simbol Pa’manuk Londong,
artinya kearifan dan kebijaksanaan
·
Simbol Pa’doti Langi’,
artinya salah satu dari anggota keluarga mereka harus ada yang mencapai
langit.Maksudnya, salah satu dari anggota keluarga mereka harus ada yang sukses
yang bisa dijadikan teladan.
·
Simbol Pa’kapu baka’, artinya
Mampu menyimpan rahasia keluarga.
·
Simbol Pa’ulunna karua,
artinya ada 8 nenek moyang Toraja yang cerdas
·
Simbol Pattedong, artinya
kekayaan dan kesejahteraan.
·
Simbol Pa’ulu Wae, artinya
diharapkan dalam bertindak atau mengerjakan segala sesuatunya dengan gesit atau
lincah.
·
Simbol Pa’daun Paria, artinya
biarpun pahit asalkan untuk kebaikan sebaiknya didengarkan
Orang Toraja memilik prinsip, “Hidup untuk
mati”.Selain itu, di tempat wisata ini juga terdapat pembuat kerajinan tenun
dan penjual buah tangan khas toraja.Salah satu keunikan dari Tongkonan adalah
di depan Tongkonan di hiasi dengan tanduk kerbau dan rahang babi yang memiliki
arti di tengah-tengah masyarakat sebagi bukti bahwa telah di adakannya pesta
kematian bagi keluarga tersebut, semakin banyak tanduk kerbau berarti sudah
beberapa kali melakukan pesta kematian, serta menunjukkan pula tingkat strata
social social keluarga tersebut tinggi.
Selain itu di dalam rumah Tongkonan memiliki
tiga ruangan yaitu ruangan depan merupakan tempat tidur untuk keluarga yang
dituakan, yang menandakan penghormatan bagi orang yang paling tua, dan ruangan
tengah merupakan dapur untuk keluarga tersebut, sedangkan pada ruangan belakang
merupakan tempat tidur untuk anaknya yang sudah berkeluarga.
3. Batutumonga
Batutumonga merupakan lokasi ketiga yang kami
kunjungi.Untuk mengunjungi lokasi ini memerlukan ± 1 jam
untuk sampai di lokasi dengan perjalanan yang luar biasa ekstrim.Disepanjang
jalannya adalah tebing dan jalanan yang rusak dan kondisi cuaca yang kurang
mendukung karena saat itu adalah musim hujan.Di lokasi ini dapat dilihat ada 2
jenis liang yaitu liang pa’ (kuburan batu) dan patane’ (kuburan dibuat dari
campuran semen).Selain daripada liang di Batutumonga yang ketinggian mencapai ± 2000
kaki pemandangan alam disana begitu luar biasa.Kita dapat melihat keseluruhan
wilayah Toraja.
4. Bori
parinding
Simbuang
ini dikenal dengan simbuang megalitikum. Bentuk simbuangnya banyak dipengaruhi
oleh teknologi. Rante (lapangan) yaitu tempat upacara pemakaman secara adat
yang dilengkapi dengan 100 buah menhir/megalit yang dalam Bahasa toraja disebut
Simbuang Batu. 102 bilah batu menhir yang berdiri dengan megah terdiri dari 24
buah ukuran besar, 24 buah ukuran sedang dan 54 buah ukuran kecil. Ukuran
menhir ini mempunyai nilai adat yang sama, perbedaan tersebut hanyalah faktor
perbedaan situasi dan kondisi pada saat pembuatan/pengambilan batu.
Megalit/Simbuang
Batu hanya diadakan bila pemuka masyarakat yang meninggal dunia dan upacaranya
diadakan dalam tingkat Rapasan Sapurandanan (kerbau yang dipotong
sekurang-kurangnya 24 ekor).Di Rante Bori ini terdapat lakian dan balla
Kayyang.Lakian merupakan tempat penyimpanan sementara sebelum mayat dibawa ke
kuburan.Balla Kayyang merupakan menara tempat pembagian daging untuk para tamu.

Gambar 1.5
5.
Kete’kesu

Gambar 1.6
Ke'te' Kesu' adalah objek wisata yang
terletak dikampung Bonoran yang berjarak 4 km dari Kota
Rantepao, telah ditetapkan sebagai salah satu Cagar Budaya yang perlu
dilestarikan/ dilindungi. Objek wisata ini sangat menarik, oleh karena memiliki
suatu kompleks perumahan adat Toraja yang masih asli, yang terdiri dari
beberapa Tongkonan, lengkap dengan Alang Sura' (lumbung padinya). Objek wisata
ini dilengkapi pula dengan areal upacara pemakaman (rante), kuburan (liang)
purba dan makam-makam modern, namun tetap berbentuk motif khas Toraja,
pemukiman, perkebunan dan persawahan Sekaligus para pengunjung dapat
menyaksikan seni ukir Toraja di lokasi ini.
Setiap tongkonan dilengkapi dengan alang dan liang. Tongkonan
dibangun menghadap ke utara untuk mengingat tempat kedatangan nenek moyang yang
berasal dari laut cina. Alang dibangun menghadap keselatan yaitu menghadapi
tongkonan, alang berhadapan langsung dengn tongkonan dianggap sebagai lambang
kemakmuran yaitu lumbung padi. Sedangkan liang berada dibelakang tongkonan.
Liang dianggap sebagai pesatuan masyarakat Tana toraja yang sudah meninggal.
Di sekitar tongkonan/ liang terdapat bamboo karena bamboo merupakan hal pokok
dalam pembuatan tongkonan maupun upacara-upacara yang lain
Sekitar 100 meter di belakang perkampungan ini terdapat situs pekuburan
tebing berupa liang dengan kuburan bergantung, dan tau-tau dalam bangunan batu
yang diberi pagar. Tau-tau ini memperlihatkan penampilan pemiliknya
sehari-hari. Perkampungan ini juga dikenal dengan keahlian seni ukir yang
dimiliki oleh penduduknya dan sekaligus sebagai tempat yang bagus untuk
berbelanja souvenir.
6. Londa (perkuburan Alam)

Gambar 1.7
Londa
merupakan salah satu objek wisata yang di kenal dengan perkuburan alamnya. Londa
merupakan daerah pemakaman dari
bebatuan kapur. Pemakaman masyarakat
dilakukan dengan memasukkan peti-peti mayat ke dalam gua.
Perkuburan
alam ini memiliki tiga tingkatan yaitu pertama di dalam gua/ dasar gua untuk
penguburan masyarakatdengan strata bawah,
strata menengah di bagian tengah
dinding tebing karst, dan untuk bangsawan di bagian tertinggi
Cara
peletakan Erong yang ada di atas ini dilakukan dengan memanjat tebing. Semakin
di atas posisi Erong, semakin menunjukkan derajat seseorang. Biasanya Erong
yang diletakkan di atas itu merupakan milik bangsawan. Kaya atau miskin orang
Toraja baru bisa dinilai saat sudah meninggal dunia. Umumnya orang yang kaya
akan memotong kerbau dalam jumlah yang cukup banyak. Selain itu dalam proses
penguburannya akan menggunakan keranda yang berbentuk Tongkonan. Sementara bagi
yang miskin biasanya keranda yang digunakan hanya terbuat dari bambu yang
disusun saja. Saat masih hidup, paling mudah melihat kaya atau miskinnya orang
Toraja adalah dari rumahnya. Konon yang sudah memiliki Tongkonan merupakan
bangsawan.
7. Museum BT kalando
Sejarah
tentang toraja dapat diperoleh di museum BT. Kalando. Museum BT. Kalando
didirikan oleh puang samboligi. Di museum tersebut terdapat benda-benda mitos
dan bersejarah. Salah satu benda
bersejarah di tempat tersebut adalah
biji mangga sebesar batok kelapa. Pemilik biji mangga tersebut adalah
laki padada, salah satu tokoh yang menjadi symbol kabupaten toraja. Patung laki
padada ini terdapat di kota Makale.

Gambar 1.8
Sejarah
hidup Laki Padada hingga di jadikan tokoh kab. Toraja yaitu:
a) Keris
patah
Filosofi tentang laki padada
“dalam hidupnya bercita-cita hidup untuk tidak mati”. Untuk memenuhi ambisinya
dia menerima wahyu untuk bertapa selama
7 hari 7 malam tanpa tidur. Dalam pertapaannya tersebut dia ditemani sebilah
keris. Setelah menyelesaikan tantangan tersebut laki padada menuntut
haknya, lalu pemberi wahyu meminta laki
padadauntuk mencabut kerisnya. Ketika laki padada mencabut kerisnya ternyata
kerisnya patah . maka tidak di terimalah pertapaan laki padada dengan alasan
keris tersebut dipatahkan ketika laki padada tertidur
b) Batok
mangga raksasa
Kemudian setelah kejadian
tersebut laki padada menjelajah ke Tanjibar dan menemukan sebuah mangga
berbiji besar dan berniat untuk menanamnya di kampungnya. Dari sinilah sejarah
asal usul batok mangga yang besar tersebut
c) Kerbau
Putih “Tedong buleng”
Dalam perjalanannya ke suatu
tempat (mencari ujung dunia) LakiPadada ingin menyeberangi sebuah sungai.
Pada sungai tersebut terdapat buaya. Setelah menunggu beberapa hari air sungai
tersebut tak kunjung surut. Maka datanglah
kerbau putih untuk menawarkan
dirinya. Akhirnya laki padada pun mampu menyeberangi sungai tersebut. Sejak
saat itu laki padada berjanji untuk tidak mengurbankan tedong buleng pada
setiap acaranya.
d) Raja-raja di Sulawesi
Dalam perjalanannya mencari ujung
dunia Lakipadada sakit dan di bawa
burung ke Gowa. Ketika di temukan oleh
pemuka di Gowa Lakipadada diberi makan
menggunakan piring anjing, anjing pun
mati. Kemudian Laki padada di beri makan menggunakan piring kucing, kucing pun mati. Selanjutnya pemuka
itu memberinya makan menggunakan piring pembantu dan pembantu itu pun mati.
Akhirnya raja memutuskan untuk memberinya makan dengan menggunakan piringnya,
dan Lakipadada pun memakan makanan
tersebut. Ia pun berkesimpulan bahwa
orang yang baru ditemukannya itu bukanlah orang sembarangan. Dan di bawanyalah Lakipadada ke
singgasananya.
Pada saat Lakipadada datang istri
Raja Gowa itu sedang hamil. Dan ketika akan melahirkan istrinya mengalami kendala. Sang Raja meminta bantuan Lakipadada. Lakipadada siap
untuk membantu dengan mengajukan syarat,
jika anaknya laki-laki di jadikan saudaranya, dan jika perempuan di jadikan
istrinya. Raja pun mengiyakan permintaannya.
Ketika anak raja tumbuh dewasa
dan cantik raja tersebut merasa enggan
menjodohkan putrinya dengan laki padada yang jelek. Raja pun mengajukan pra syarat pernikahan :
Mencangkul tanah seluas ± 10 ha
dalam waktu satu malam. Lakipadada pun menyanggupinya dengan bantuan babi-babi
hutan maka selesailah ladang itu digarap.Sang Raja pun tidak kehilangan
akal.Maka dia menyuruh Lakipadada untuk menanami ladang itu dengan jewawit
sebanyak 2 karung.Hal itu dapat diselesaikannya lagi.Namun, ternyata titah ini
tidak sesuai yang diharapkan Sang Raja.Maka, disuruhnyalah Lakipadada untuk
memungut kembali biji jewawit yang telah ditaburkan tersebut.Lakipadada pun
menyanggupinya dengan bantuan burung pipit semuanya dapat terselesaikan tanpa
satu biji pun tersisa.
Dengan
terpenuhinya pra syarat sebelum menikah yang di ajukan Sang Raja maka tidak ada
lagi cara untuk membantah lamaran laki
padada. Mereka pun akirnya menikah dan dikaruniai 4 orang anak. Anak mereka
itulah yang akhirnya menjadi penguasa di Sulawesi. Hal ini dibuktikan dengan
warisan khas yang di miliki raja-raja yang berkuasa tersebut.
a)
Mangasak
ri sangala (toraja)
b)
Pattila
merang di Gowa
c)
Payung
ri Luwu
d)
Mangkau
ri Bone
Dari
cerita inilah sehigga di simpulkan bahwa
makna kata Toraja (Tau Raja) yang bermakna asal mula raja-raja di Sulawesi.Namun
ada juga yang mengatakan bahwa pemberian nama Toraja (Tau Raja) diberikan oleh
orang bersuku bugis.Artinya adalah orang-orang yang mendiami dataran tinggi.
8.
Baby
Grave
Baby grave secara harfiah berarti
kuburan bayi. Baby grave ini di lakukan di pohon tarra’ atau pohon apa saja
yang memiliki getah putih seperti air susu ibu. Bayi yang berhak untuk di
kuburkan di pohon tersebut adalah bayi yang belum tumbuh giginya.
Dalam prosesi penguburan posisi bayi dihadapkan ke arah yang berbalik
dengan rumahnya agar ibunya tidak merasa kehilangan. Proses penguburan dilakukan dengan bayi
berposisi jongkok dengan tanah di kepal dan disilli’/pasindiran atau di
masukkan di pohon dengan cara di selip dan ditutup ijuk. Banyaknya pasak dan
tingginya letak kuburan menanadakan staratanya brasal dari kaum bangsawan.

Gambar 1.9
9. Gunung Nona
Gunung nona merupakan sebuah gunung yang
menyerupai alat kelamin wanita, sehingga disebut sebagai gunung nona, menurut
cerita masyarakat setempat bahwa gunung nona merupakan sebuah kutukan kepada
sepasang kekasih yang tidak direstui oleh orang tuanya, dan kemudian lari dari
kampung halamannnya. Dilereng gunung ini dulunya merupakan sebuah sungai, dan
sungai ini dijadikan sebagai jalur oleh orang-orang teluk tongkin di dataran
cina sampai ke toraja, namun ketika orang-orang tongkin tersebut ingin kembali
lagi ke daerah asalnya melalui jalur sungai sebelumnya ternyata air sudah
surut, akhirnya mereka pun menetap didaerah toraja, dan untuk mengenang kampung
halamannya dibangunlah sebuah rumah yang kepalanya menyerupai perahu, dan
inilah yang kita kenal sampai sekarang dengan nama rumah Tongkonan.

Gambar 2.10